Jumat,
(28/9), Malang Coffee Festival 2012 dibuka dengan acara talkshow bertema
Sejarah Kopi di Indonesia. Acara tersebut disambut meriah dengan kehadiran
Surip Mawardi dan Adi W. Taroepratjeka, para maestro kopi Indonesia.
Pengunjung
pun diajak mengenal tentang sejarah kopi di Indonesia. Mulai dari sejarah
masuknya kopi hingga perkembangannya saat ini. Sejarah kopi diperkirakan
dimulai sejak abad ke-16. Kala itu, India mengirim bibit kopi Yemen atau
Arabica kepada Gubernur Belanda di Batavia pada tahun 1696. Sayangnya, bibit
pertama gagal tumbuh karena musibah banjir di Batavia.
Pengiriman
kedua berjalan sangat lancar. Benih kopi tersebut berhasil tumbuh di Indonesia.
Kemudian pada tahun 1711, biji-biji kopi itu dikirim ke Eropa. Dalam waktu 10 tahun,
ekspor kopi meningkat sampai 60 ton per tahun. Alhasil, Indonesia pun menjadi
daerah perkebunan Kopi pertama di luar Arab dan Ethiopia.
Kini,
perkembangan kopi Indonesia melaju dengan sangat pesat. "Konsumsi kopi
kita naik 8 % dari 5 %. Ini bukan angka yang kecil lho. Bahkan sebaliknya. Ini
sangatlah besar," tukas Adi W. Taroepratjeka, presenter Coffee Story di
Kompas TV.
Malang
menjadi salah satu kota penghasil kopi Robusta terbaik di Indonesia. Fakta ini
disampaikan berulang kali oleh Pak Surip, selama acara talk show berlangsung.
Sejak dulu, Malang dikenal sebagai daerah penghasil biji kopi, khususnya
Robusta. Budidaya kopi dilakukan di beberapa daerah di Malang, yakni Dampit dan
Tirtoyudo. "Malang
Selatan punya kopi (Robusta) yang khas dan cita rasanya lebih enak dari
Lampung. Namun, ekspor kopi terbesar Indonesia berasal dari Lampung,"
jelas Pak Surip selaku peneliti kopi internasional.
Itulah mengapa Malang masih kalah saing dengan Lampung, yang terkenal dengan komoditi ekspor kopi terbesar di Indonesia. Hal itu dikarenakan daerah-daerah lain di sekitar Lampung, menyetor hasil panen mereka ke sana. Jadi, semua komoditi ekspor tersebut tidak benar-benar datang dari Lampung. Lain dengan Malang, yang hanya mengekspor kopi dari hasil perkebunan sendiri. Sapi punya nama, kerbau punya susu. Ungkapan itu dipakai Pak Surip untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Itulah mengapa Malang masih kalah saing dengan Lampung, yang terkenal dengan komoditi ekspor kopi terbesar di Indonesia. Hal itu dikarenakan daerah-daerah lain di sekitar Lampung, menyetor hasil panen mereka ke sana. Jadi, semua komoditi ekspor tersebut tidak benar-benar datang dari Lampung. Lain dengan Malang, yang hanya mengekspor kopi dari hasil perkebunan sendiri. Sapi punya nama, kerbau punya susu. Ungkapan itu dipakai Pak Surip untuk menggambarkan fenomena tersebut.
Diambil dari Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar